Yayan Apriansyah
welcome my blog
Sabtu, 06 Juli 2013
Rabu, 03 Juli 2013
rpp model webing
RPP
Pembelajaran Terpadu
Model
Webbing (jaring laba-laba)
Tema :
Pensil warna
Kelas/Semester : 1/1
Waktu : 2 x 35
menit
I.
Tahap Perencanaan
- Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
BAHASA INDONESIA
Standar Kompetensi : 3. Memahami teks pendek dengan membaca
nyaring
Kompetensi Dasar : 3.2
Membaca nyaring kalimat sederhana dengan
lafal dan intonasi yang tepat
Indikator : - Siswa dapat membaca kalimat tentang pensil
warna.
IPA
Standar Kompetensi : 3. Mengenal
berbagai sifat benda dan kegunaanya melalui
pengamatan perubahan bentuk benda.
Kompetensi Dasar : 3.3
Mengidentifikasi kegunaan benda dilingkungan sekitar.
Indikator : - Siswa dapat menyebutkan kegunaan pensil
warna
MATEMATIKA
Standar Kompetensi : 1. Melakukan penjumlahan
dan pengurangan bilangan sampai
20.
Kompetensi Dasar : 1.1 Membilang
banyak benda.
Indikator : - Siswa dapat membilang jumlah pensil warna
SBK
Standar Kompetensi : 2. Mengekspresikan diri
melalui karya seni rupa
Kompetensi
Dasar : 2.1 Mengekspresikan diri
melalui gambar ekspresif
Indikator : - Siswa dapat menggambar pensil warna
Rencana pelaksanaan pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP MODEL CONNECTED (keterhubungan)
Nama Sekolah :
Bidang Studi : IPA
Kelas / Semester : VI / II
Alokasi Waktu : 2 x 35
A. Standar kompetensi :Memahami pentingnya penghematan energi
B. Kompetensi dasar :
- Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari
- Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik / alarm / model lampu lalu lintas / kapal terbang / mobil-mobilan / model penerangan rumah)
C. Tahap Perencanaan
- Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menyebutkan sumber energi.
- Siswa dapat menyebutkan cara-cara menghemat energi.
- Siswa dapat mengklarifikasi kreatif dalam penggunaan energi.
2. Rancangan Kegiatan
- Guru menyuruh siswa menyebutkan sumber-sumber energi.
- Guru menyuruh siswa menyebutkan cara-cara menghemat energi
- Guru menyuruh siswa mengklarifikasi kreatif dalam penggunaan energi.
3. Bagan Keterhubungan
- Hemat energi
- Kreatif menggunakan energy
D. Pokok Bahasan :
- Energi
Bentuk-bentuk energi :
Energi ada berbagai macam.Makanan yang dimakan memiliki energi kimia.Batu baterai mempunyai energi kimia, tetapi lampu senter menyala karena adanya energi listrik. Selain energi kimia dan energi listrik masih ada banyak jenis energi lainnya, antara lain energi bunyi, energi kalor, energi cahaya, energi pegas, energi nuklir, dan energi mekanik. Berikut ini akan kita pelajari bentuk-bentuk energi tersebut.
tingkat ke lulusan pada tahun ajaran 2012 2013
Angka kelulusan ujian nasional (UN) seluruh Indonesia pada tahun ini
turun dibandingkan tahun lalu. Kendati demikian, penurunan persentase
tersebut tidak terlalu signifikan, yaitu hanya sebesar 0,02 persen dari
99,50 persen menjadi 99,48 persen.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan bahwa hal ini membuktikan anak-anak mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan tetap memberikan hasil terbaik dalam UN kali ini sehingga angka kelulusannya tidak jauh berbeda.
"Tidak terlalu besar perbedaannya dengan tahun lalu. Dari 99,50 persen menjadi 99,48 persen, turun sekitar 0,02 persen," kata Nuh saat jumpa pers hasil UN di Gedung A Kemdikbud, Jakarta, Kamis (23/5/2013).
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, UN SMA diikuti oleh 1.581.286 siswa dengan jumlah yang lulus sebanyak 1.573.036 siswa. Dengan demikian, dari seluruh Indonesia ada sekitar 8.250 anak yang tidak lulus UN pada tahun ini.
Untuk jenjang SMK, peserta dari seluruh Indonesia yang ikut UN tercatat 1.106.140 siswa dan yang lulus mencapai 1.105.539 siswa. Seperti biasa, jumlah siswa SMK yang tidak lulus lebih kecil dibandingkan dengan jenjang SMA yaitu hanya sekitar 601 orang.
"Untuk yang di 11 provinsi yang sempat tertunda, tidak ada masalah dengan tingkat kelulusan," ujar Nuh.
Ia mengungkapkan bahwa untuk NTT angka kelulusan pada tahun ini naik menjadi 98,25 persen sedangkan tahun lalu hanya 97,68 persen. Kemudian untuk NTB dari 99,24 persen naik menjadi 99,84 persen. Bahkan untuk wilayah Bali, angka kelulusan tahun ini nyaris 100 persen, yaitu 99,97 persen, sedangkan tahun lalu hanya 99,61 persen.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan bahwa hal ini membuktikan anak-anak mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan tetap memberikan hasil terbaik dalam UN kali ini sehingga angka kelulusannya tidak jauh berbeda.
"Tidak terlalu besar perbedaannya dengan tahun lalu. Dari 99,50 persen menjadi 99,48 persen, turun sekitar 0,02 persen," kata Nuh saat jumpa pers hasil UN di Gedung A Kemdikbud, Jakarta, Kamis (23/5/2013).
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, UN SMA diikuti oleh 1.581.286 siswa dengan jumlah yang lulus sebanyak 1.573.036 siswa. Dengan demikian, dari seluruh Indonesia ada sekitar 8.250 anak yang tidak lulus UN pada tahun ini.
Untuk jenjang SMK, peserta dari seluruh Indonesia yang ikut UN tercatat 1.106.140 siswa dan yang lulus mencapai 1.105.539 siswa. Seperti biasa, jumlah siswa SMK yang tidak lulus lebih kecil dibandingkan dengan jenjang SMA yaitu hanya sekitar 601 orang.
"Untuk yang di 11 provinsi yang sempat tertunda, tidak ada masalah dengan tingkat kelulusan," ujar Nuh.
Ia mengungkapkan bahwa untuk NTT angka kelulusan pada tahun ini naik menjadi 98,25 persen sedangkan tahun lalu hanya 97,68 persen. Kemudian untuk NTB dari 99,24 persen naik menjadi 99,84 persen. Bahkan untuk wilayah Bali, angka kelulusan tahun ini nyaris 100 persen, yaitu 99,97 persen, sedangkan tahun lalu hanya 99,61 persen.
pendidikan diindonesia
Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Kamis, 27 Juni 2013
permasalahan pendidikn di kalbar
Permasalahan pokok pendidikan di wilayah
Kalimantan Barat
1) Permasalan
yang sering ditemukan di wilayah Kalimantan Barat ialah masalah pemerataan
pendidikan di daerah-daerah terpencil atau daerah pedalaman Kalimantan Barat. Perlu
kita ketahui masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan
dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara
untuk memperoleh atau mengenyam pendidikan, sehingga pendidikan ini menjadi
wadah pengembang
Kamis, 20 Juni 2013
Pentingnya Pendidikan bagi Semua Orang
Pendidikan merupakan hal yang terpenting
dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat
dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara
umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri
tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga
menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama
kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
Seorang anak yang disayangi akan
menyayangi keluarganya ,sehingga anak akan merasakan bahwa anak
dibutuhkan dalam keluarga. Sebab merasa keluarga sebagai sumber kekuatan
yang membangunya.Dengan demikian akan timbul suatu situasi yang saling
membantu,saling menghargai,yang sangat mendukung perkembangan anak.Di
dalam keluarga yang memberi kesempatan maksimum pertumbuhan,dan
perkembangan adalah orang tua.Dalam lingkungan keluarga harga diri
berkembang karena dihargai,diterima,dicintai,dan dihormati sebagai
manusia .Itulah pentingnya mengapa kita menjadi orang yang terdidik di
lingkungan
keluarga.Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk menghargai orang lain.
keluarga.Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk menghargai orang lain.
Sedangkan di lingkungan sekolah yang
menjadi pendidikan yang kedua dan apabila orang tua mempunyai cukup uang
maka dapat melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi dan akan
melanjutkan ke Perguruan Tinggi kemudian menjadi seorang yang terdidik .
Alangkah pentingnya pendidikan itu. Guru sebagai media pendidik
memberikan ilmunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Peranan guru
sebagai pendidik merupakan peran memberi bantuan dan dorongan ,serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak dapat
mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Guru juga
harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup untuk menarik
minat anak .
Selain itu peranan lingkungan masyarakat
juga penting bagi anak didik . Hal ini berarti memberikan gambaran
tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat.Dengan demikian bila kita
berinteraksi dengan masyarakat maka mereka akan menilai kita,bahwa tahu
mana orang yang terdidik,dan tidak terdidik. Di zaman Era Globalisasi
diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat sehingga
tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi
seorang yang terdidik baik di lingkungan Keluarga,Sekolah,dan
Masyarakat.
Langganan:
Postingan (Atom)